KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas
limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Teori-Teori Pendidikan tentang “Teori-Teori Belajar Perilaku” tanpa ada alangan suatu apa.
Adapun maksud
dari penyusunan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Teori-Teori
Pendidikan Semester 4 Sekolah Tinggi
Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar, (STAIMA) Citangkolo – Kota Banjar. Makalah ini ditulis dan disusun berdasarkan materi semester 4 yang telah disampaikan oleh dosen pembimbing
makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik atas
bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. S. Sukirman
PW, MM.Pd. selaku kepala DPA STAIMA wilayah Gandrungmangu.
2. Bapak Kemo Sidi Siswoyo, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
4. Rekan-rekan
mahasiswa maupun mahasiswi yang telah menyumbangkan gagasannya dalam proses
penyusunan makalah ini.
Kami berharap, dengan
selesainya penyusunan makalah ini akan menambah wawasan dan pengetahuan serta
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH ................................................. 1
B. KAJIAN MASALAH ....................................................................... 1
C. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 2
D. KAJIAN TEORI
............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. DORONGAN SEJARAH FILSAFAT YUNANI TERHADAP FILSAFAT PENDIDIKAN ............................................................................ 3
B. PEMIKIRAN PADA MASA YUNANI
KUNO............................ 4
C. PERKEMBANGAN FILSAFAT YUNANI ................................... 8
D. PENDAPAT PARA AHLI .............................................................. 18
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................. 28
B.
SARAN.............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Psikologi diakui sebagai
ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad sebelumnya, berbagai model
dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi subjek studi psikologi dan
bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik , selama abad ke-17 dan
ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang lain. Para psikolog
bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki berbagai
macam peran, bahkan dalam lingkungan akademik psikologi kontemporer
cukup sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi dilakukan di
departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan hubungan social.
Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih besar daripada
menuju suatu kesatuan kohesif.
Paling
tidak, sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20 memberikan
deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai keragamanya.
Fase sistem dalam perkembangan psikologi merupakan bagian penting dalam evolusi psikologi. Fase
tersebut menunjukan kesulitan dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan dan menempatkan psikologi dalam ilmu pengetahuan. Karena wujud
empiris ilmu pengetahuan merupakan kesamaan utama di antara bidang-bidang kontemporer
penelitian psikologi.
Kami
disini akan menguraikanya dengan lebih detail lagi tentang apa yang di maksud
dengan psikologi pada masa kanak-kanak dan psikologi pada masa remaja.
B. Rumusan
Masalah
- Apa pengertian dari Psikologi Perkembangan?
- Apa
saja teori Perkembangan?
- Mengapa
kita perlu memahami Perkembangan Anak dan Remaja ?
- Apa
saja ciri-ciri Perkembangan Anak dan Remaja?
- Apa
saja prinsip-prinsip Perkembangan?
- Apa
saja fase-fase Perkembangan Anak dan Remaja?
- Apa
pengaruh tentang keturunan/pembawaan terhadap Perkembangan Anak dan
Remaja?
- Apa
pengaruh tentang lingkungan terhadap Perkembangan Anak dan Remaja?
- Apa
yang dimaksud Perkembangan menurut Robert Haseighthurst (Adam &
Gullota, 1983)?
- Sebutkan tugas-tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak
usia (0-6 tahun), perkembangan masa sekolah usia (6-12 tahun), tugas
perkembangan remaja!
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Apa pengertian dari Psikologi Perkembangan.
2.
Mengetahui Apa saja teori Perkembangan.
3.
Mengetahui Mengapa kita perlu memahami
Perkembangan Anak dan Remaja.
4.
Mengetahui Apa saja ciri-ciri Perkembangan Anak
dan Remaja.
5.
Mengetahui Apa saja prinsip-prinsip
Perkembangan.
6.
Mengetahui Apa saja fase-fase Perkembangan Anak
dan Remaja.
7.
Mengetahui Apa pengaruh tentang
keturunan/pembawaan terhadap Perkembangan Anak dan Remaja.
8.
Apa pengaruh tentang lingkungan terhadap
Perkembangan Anak dan Remaja.
9.
Mengetahui yang dimaksud Perkembangan menurut
Robert Haseighthurst (Adam & Gullota, 1983).
10. Mengetahui tugas-tugas perkembangan pada usia
bayi dan kanak-kanak usia (0-6 tahun), perkembangan masa sekolah usia (6-12
tahun), tugas perkembangan remaja.
11. Untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah “Teori-Teori Pendidikan” Semester 4 STAIMA – Banjar, yang dibina oleh bapak
Kemo Sidi Siswoyo,
M.Pd.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan ini dari
waktu ke waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu
dalam fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan
fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya
(non fisik) dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan psikologi
dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri
manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. [1] Dimana
dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori psikologi
perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori
tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam memahami tingkah laku dan
mendidik anak-anaknya.
Sehinnga ketika besok
kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik atau
menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak kasus
yang salah dalam pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau orangtua
terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu salah dalam hal memahami
keinginan atau tindakan “super” (anak berkebutuhan khusus) dari peserta didik
atau anak kita sendiri.
Sehinnga disuatu
kesempatan kita tidak menghambat langkah dari anak-anak tersebut. Yaitu ketika
anak sudah pintar berlari kita malah baru mengajarinya berjalan, dan ketika
para anak-anak sudah dapat terbang kita sebagai guru atau orang tua malah baru
mengajarinya berlari.
1. Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi
perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang
lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang
mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Objek psikologi
perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi
manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud
adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju
ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Istilah
“perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental
psikologis manusia.
2. Teori-teori Perkembangan
Ø Teori
Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada Biologi )
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu
lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil
akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak
didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang
baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan
anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses
belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut
pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan
menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi
orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah
dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur
Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli
filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa
pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak
juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih
banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam
menuju kedewasaan.
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran
nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya
pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak
manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa
apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik
besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme
bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam per-kembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan
oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof
Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”,
yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik
yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta
didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini
berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar
sebagai sasaran kajaiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama
sebagai hasil belajar semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya.
Ø Teori
Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya
bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa
perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan,
kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau
disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan
itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap
anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya,
akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan,
jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern
(1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi
seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik
yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini
berarti bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan
seorang pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme
dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua
aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya
ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun
demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling
penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan
aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara
aliran yang satu dengan aliran lainnya. Menurut aliran nativisme bahwa seorang
peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran
empirisme bahwa justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut.
Selanjutnya menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada
peserta didik yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi.
Al-Qur’an dan hadist sendiri sebagai acuan dasar
pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan
konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan
konvergensi. Dalam hal ini, Al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang
anak (peserta didik) sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar
keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut Al-Qur’an di samping
dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh
dari luar (lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan
kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ø Teori
Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah Piaget. Menurut,
cara-cara berpikir tertentu sangat sederhana bagi seorang dewasa, tidaklah
sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang anak. Terdapat batas-batas
tertentu pada anak atas materi yang dapat diajarakan pada satu waktu tertentu
dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu
sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui
empat tingkat perkembangan kognitif yang sama dalam masa perkembangannya.
Selanjutnya, mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh
sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan
Piaget yaitu :
a.
Masa Bayi (Bakita) : Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada
informasi yang diperoleh dari indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan
tubuh (motor) bayi. Prestasi terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan
benar-benar di luar jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya
tindakan dengan tujuan terarah yang logis. Memikirkan mengenai benda yang akrab
atau disenangi oleh bayi.
b.
Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
Itelegensi sensormotor sangat tidak efektif unyuk
perencanaan ke depan atau mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan apa
yang disebut Piaget sebagai operasi, atau tindakan yang dilakukan secara mental
atau berani.
Menurut Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah
interalisasi tindakan. Pada akhir tingkat sensormotor anak dapat menggunakan
banyak skema tindakan.
c.
Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara
logis. Piaget menggunakan kata operasional konkrit untuk mendiskripsikan
tingkat pemikiran siap pakai ini. Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya
siswa mengetahui :
ü
Stabilitas logis dunia fisik
ü Fakta
bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan dan tetap banyak
menjaga banyak karakter aslinya
ü
Bahwa perubahan-perubahan ini di balik
d.
Tingkat Operasional Formal
Pada tingkat operasional formal, semua karakter operasi
terdahulu terus menguat. Pemikiran formak adlah mampu membalik, internal, dan
mampu terorganisir dalam sistem, bagian-bagian saling bergantung. Operasi
formal mencakup apa yang biasa kita kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat
dibuat dan eksperimen mentak berguna untuk mengujinya, dengan variabel yang
diisolasi atau dikontrol.
Ø Teori
Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya
menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-spek psikologi tersebut. Yang umumya terjadi pada
masa kanak-kanak dini. Para teoritisi psikodinamik percaya bahwa perkembangan
merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh
dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta
pengalaman-pengalaman sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang anak
terjadi pada serangkaian tahap. Pada masing-masing tahap anak mengalami
konflik-konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap
berikutnya. Teori Psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi
oleh Sigmund Freud dan Eric Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan secara
empirc. Teori ini menitik beratkan pada perkembangan sosio-afektif. Bila dala
teori ini seksualitas menduduki tempat yang utama perlu diketahui juga bahwa
libido dan agresi (sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan bersama-sama.
Jadi kalau seksualitas ditekan karena norma pendidikan orang tua, maka agresi
akan ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan
kepribadian anak.
3. Mengapa kita
perlu memahami Perkembangan Anak dan Remaja.
Dengan
mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa
keuntungan: Pertama, kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta
didik, misalnya akan diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara
dan mulai mampu berpikiran abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa
peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik
akan membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu
dari peserta didik. Bila seorang peserta didik dari Taman Kanak-Kanak tidak mau
sekolah lagi karena diganggu temannya, apa yang harus dilakukan oleh guru dan
orangtuanya? Bila peserta didik selalu ingin merebut mainan temannya apakah
dibiarkan saja? Pemahaman kita tentang perkembangan peserta didik akan membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukkan sumber-sumber jawaban serta
pola-pola peserta didik mengenai pikiran, perasaan dan perilakunya.
Ketiga, pemahaman tentang perkembangan peserta didik
akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
Bila peserta didik umur dua tahun belum berceloteh (banyak bicara) apakah
dokter dan guru harus mengkhawatirkannya? Bagaimana bila hal itu terjadi pada
peserta didik umur tiga atau empat tahun? Apa yang pertu dilakukan bila remaja
umur lima betas tahun tidak mau lagi sekolah karena keinginannya yang
berlebihan yaitu ingin melakukan sesuatu yang menunjukkan sikap
"jagoan" ? Jawaban akan lebih mudah diperoleh apabila kita mengetahui
apa yang biasanya terjadi pada peserta didik atau remaja.
Keempat, dengan mempelajari perkembangan peserta didik
akan membantu memahami diri sendiri.
4.
Ciri-ciri Perkembangan Anak dan Remaja.
A. Perkembangan
Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan
manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan
berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat
tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja
akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya
(Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan
terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni
:
Ø Ciri-ciri
Seks Primer
Perkembangan psikologi
remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang
memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini
memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”,
keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim
dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan.
Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal
menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
Ø Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan
psikologi
remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan
individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan
bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya.
Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan
rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami
pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin.
Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah
dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara
proporsional.
B.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif
(kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
ü Secara
intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
ü Berfungsinya kegiatan kognitif
tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan,
serta memecahkan masalah
ü Sudah mampu menggunakan
abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
ü Memikirkan
masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya
psikologi remaja
ü Wawasan
berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan
identitas (jati diri)
Remaja mengalami puncak
emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan
emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih,
dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif,
kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif
berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
5. Prinsip-prinsip Perkembangan
a)
Bahwa perkembangan
melibatkan perubahan. Tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian
kemampuan bawaan. Sikap anak terhadap perubahan dipengaruhi oleh kesadaran akan
perubahan tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku anak, sikap social
terhadap perubahan ini, bagaimanan mereka mempengaruhi penampilan anak, dan
bagaimana mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimanan kelompok sosial
bereaksi terhadap anak ketika perubahan ini terjadi.
b)
Perkembangan awal lebih
kritis dari pada perkembangan selanjutnya. Bahwa perkembangan awal lebih
penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat
dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan
membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia dapat diubah sebelumnya
menjadi pola kebiasaan.
c)
Perkembangan merupakan
hasil proses kematangan dan belajar. Perkembangan menekankan kenyataan bahwa
perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan
yang menetapkan batas dari perkembangan.
d)
Pola perkembangan dapat
diramalkan. Walaupun pola yang dapat diramalakan ini dapat diperlambat dan
dipercepat oleh kondisi lingkungan di masa pra lahir dan pasca lahir.
e) Pola perkembangan mempunyai karakteristik
yang dapat diramalkan. Yang penting diantaranya adalah persamaan pola
perkembangan bagi semua anak, perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke
tanggapan spesifik, perkembangan terjadi secara berkesinambungan, berbagai
bidang perkembangan dengan kecepatan yang berbeda, dan terdapat korelasi dalam
perkembangan.
f)
Terdapat
perbedaan individu dalam berkembang. Bahwa terdapat perbedaan individu dalam
perkembangan yang sebagian karena pengaruh bawaan dan sebagian karena kondisi
lingkungan. Ini berlaku baik dalam perkembangan fisik maupun psikologis.
Kepentingan untuk mengetahui bahwa terdapat perbedaan individu dalam
perkembangan adalah bahwa ia mennekankan pentingnya melatih anak sesuai dengan
kebutuhannya dan tidak mengharapkan perilaku yang sama pada semua anak.
g)
Periode
pola perkembangan. Periode perkembangan biasanya diebut periode pralahir, masa
neonatus, masa bati, masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, dan masa puber.
Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan,
serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya
disebut perilaku “bermasalah”.
h)
Pada
setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial. Harapan sosial ini
terbentuk tugas perkembangan yang menungkinkan para orang tua dan guru
mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasaiberbagai pola perilaku
yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik.
i)
Setiap
bidang perkembangan mengandung bahaya dan potensial. Bahaya tersebut terjadi
baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola perkembangan.
j)
Kebahagiaan
bervariasi pada berbagai periode perkembangan. Tahun pertama kehidupan biasanya
paling bahagia dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
6. Fase-fase
Perkembangan Anak dan Remaja
Ø
Fase Pertama
Teman
bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun. Bagi mereka, teman adalah
seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di
sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama. Kepribadian dari
teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah
kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus
apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak
lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat
mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja. Contoh percakapan yang sering
kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi
makanan,
Ø Fase Kedua
Teman
untuk bersama Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8
sampai 10 tahun. Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas
dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke
perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Dalam fase
ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase
pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak. Mereka
tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah.
Ø Fase Ketiga
Persahabatan
yang penuh dengan saling pengertian. Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun,
bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang
teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan
pengertian.
7.
Pengaruh tentang keturunan/pembawaan
terhadap Perkembangan Anak dan Remaja
Pengaruh keturunan sangat bergantung pada
besarnya kualitas gen yang dimiliki oleh orang tuanya (ayah
atau ibu). Berdasarkan percobaannya dengan cara mengawinkan bunga merah dengan
bunga putih, Gregor Mendel mengemukakan pandangannya, bahwa : (1) tiap-tiap
sifat (traits) makhluk hidup itu dikendalikan oleh keturunan; (2) tiap-tiap
pasangan faktor keturunan menentukan bentuk alternatif sesamanya, dan satu dari
pada pasangan alternatif itu memegang pengaruh besar; dan (3) pada waktu proses
pembentukan sel-sel kelamin, pasangan faktor keturunan itu memisah, dan
tiap-tiap sel kelaminnya menerima salah satu faktor dari pasangan keturunan
itu.
8.
Pengaruh tentang lingkungan terhadap Perkembangan Anak dan
Remaja
Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan
karakter anak. Bila anak berada pada lingkungan yang baik maka akan dapat
memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangan karakter anak, dan begitu
juga sebaliknya lingkungan yang tidak baik juga dapat memberikan pengaruh yang
tidak baik bagi perkembangan karakter anak. Anda sebagai orangtua harus jeli
dan pintar-pintar memilihkan lingkungan yang baik bagi anak Anda, karena akan
menentukan perkembangan karakter anak Anda. Lingkungan ini dapat dimisalkan
seperti lingkungan tempat Anda tinggal, lingkungan bermain anak Anda, ataupun
lingkungan sekolah anak Anda.
Sebagai makhluk sosial, sejak dini memang sebaiknya
anak kita kenalkan pada lingkungan masyarakat. Nah, karakter tiap-tiap kelompok
masyarakat itu sendiri berbeda-beda, pasti ada yang baik dan ada yang buruk.
Karena anak tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka
tugas Anda sebagai orangtualah yang mengarahkannya dan mendidiknya. Artinya,
Anda harus tahu benar apakah lingkungan tempat anak Anda bergaul benar-benar
steril untuk perkembangan karakternya atau tidak.
Dalam proses perkembangan anak, lingkungan merupakan
faktor yang sangat penting setelah pembawaan. Tanpa adanya dukungan dari faktor
lingkungan maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan menjadi
kemampuan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu fungsi atau peranan
lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai faktor ajar,
yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau
tidak baik, sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang
berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau
bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan
menghambat/merusak perkembangan.
Oleh karena itu, sudah menjadi tugas utama seorang
pendidik untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat
menunjang perkembangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan
pengaruh faktor lingkungan yang negatif yang dapat menghambat dan merusak
perkembangan sang anak.
9.
Perkembangan menurut Robert Havighurst (Adam & Gullota, 1983).
Robert Havighurst menyatakan bahwa perkembangan
seseorang anak-anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ini merupakan satu
elemen penting yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Beliau memfokuskan kepada keadaaan sekeliling atau lingkungan di mana tempat
seseorang anak-anak itu membesar yang akan memberi dan meninggalkan sama ada
positif atau negatif bergantung kepada ibu bapak yang memberikan ciri mereka.
Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas dalam
perkembangan anak-anak hanya perlu dipelajari sekali saja seperti berjalan,
berlari, perbedaan nama benda dan sebagainya. Jadi ini dapat disimpulkan bahwa
setiap perkembangan yang dialami oleh anak-anak perlulah dengan suka rela
anak-anak itu sendiri, bukan dengan paksaan yang diberikan oleh ibu bapak
kerana dengan paksaan akan membuatkan kanak-kanak itu tidak berupaya untuk
mandiri sendiri dan akan memberi kesan yang dalam terhadap perkembangan mereka.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada mata fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu
sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut
terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya
terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan
bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai
tingkat kematangan.
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan pada bagian
ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang
memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses
perkambangan tersebut meliputi:
a) Perkembangan motor (motor
development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan
dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
b) Perkembangan kognitif (cognitive
development), yakni perkembangan
fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak
anak.
c) Perkembangan sosial dan moral (social
and moral development), yakni proses perkambangan mental yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau
orang lain, baik sebagai individu maupun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori belajar perilaku
adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku
pembelajar. Oleh karena itu teori belajar perilaku disebut juga teori belajar
behavioristik. Dalam kenyataannya tingkah laku berhubungan erat dengan
kebiasaan, meskipun keduanya memiliki perbedaan.
Kebiasaan adalah satu proses kegiatan yang berulang – ulang. Kebiasaan mengandung tiga unsur yang saling
berkaitan. Pertama, unsur pengetahuan yaitu pengetahuan yang bersifat toeritis
mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan. Kedua, unsur keinginan yaitu adanya
motivasi atau kevenderungan untuk melakukan sesuatu. Ketiga, unsur
keahlian maksudnya kemampuan atau kesanggupan untuk melakukannya. Jika
ketiga unsur tersebut berpadu pada suatu perbuatan maka perbuatan tersebut
dapat dikategorikan sebagai kebiasaan.
Tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu tidak
hanya mencakup kegiatan
motorik saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari, berolah raga bergerak dan
lain-lain, akan tetapi juga mebahas macam – macam fungsi seperti melihat,
mendengar, mengingat, berfikir, pengenalan kembali, penampilan emosi –
emosi dalam bentuk menangis atau
tersenyum dan seterusnya.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras,
2009).
I.R.Poedjawijatna,Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta
: PT PEMBANGUNAN,1980).
Adib, Muhammad, FILSAFAT ILMU ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN
LOGIKA ILMU PENGETAHUAN, (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR, 2010).